Seorang mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Kristen Indonesia (UKI) Toraja membudidayakan bit merah (Beta vulgaris L.) dengan memanfaatkan hama keong mas dan limbah kulit kakao. Keong mas merupakan musuh petani padi karena dapat merusak tanaman dan menghambat proses pertumbuhan padi,sedangkan kulit kakao adalah limbah yang dihasilkan oleh tanaman kakao.

Dengan memadukan pupuk yang berasal dari hama keong mas dan limbah kulit kakao, Rispayanty, mahasiswa angkatan 2018 ini, mampu membudidayakan bit merah dan produksinya sangat baik. Bit merah merupakan tanaman umbi-umbian yang termasuk dalam famili Chenopodiaceae. Rispa melihat peluang bit merah yang berpotensi untuk dikembangkan di Toraja karena iklim di Toraja yang sesuai untuk persyaratan tumbuhnya, sementara masyarakat Toraja belum banyak yang mengembangkan tanaman ini. Permintaan akan bit merah terus mengalami peningkatan karena tanaman ini mengandung banyak vitamin, mineral, karbohidrat, protein, serat dan antioksidan. Bit merah memiliki beragam manfaat di antaranya sebagai sumber antioksidan yang tinggi yang dapat mencegah penyakit jantung, mampu menetralkan radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh, mengandung nitrat yang dapat menurunkan hipertensi, kandungan pigmen betasianin yang dapat mencegah kanker, mengendalikan kadar gula, dan sebagai detoxsifikasi racun dalam tubuh.

Dengan arahan dari dosen pembimbing, Ir. Driyunitha, M.P. (pembimbing 1) dan Ir. Ernytha A. Galla’, M.Si. (pembimbing 2), Rispa memulai pembudidayaan, mulai dari persiapan lahan, pembibitan, penanaman sampai masa panen. Lokasi penelitian ini di Lembang Gandangbatu, Kecamatan Gandangbatu Sillanan, Kabupaten Tana Toraja, dengan ketinggian 1043 mdpl dan suhu berkisar 18-25’C. Waktu yang dibutuhkan dalam proses budidaya bit merah yaitu 74 hari, dengan dibantu oleh orang tua dan rekan-rekan (Melawanti Mettang dan Agustina Palallo). Persemaian selama 14 hari dan proses tanam sampai panen 60 hari.

Keong mas dipilih Rispa sebagai bahan pupuk organik cair (POC) dalam penelitian ini karena mudah ditemukan dan tersedia banyak di sekitar lokasi. Dengan memanfaatkan POC keong mas, Rispa memberi inovasi bagi masyarakat sekitar dalam memanfaatkan hama tanaman padi. Cangkang dan daging keong mas memiliki kandungan protein, lemak, karbohidrat, Na, K, riboflamin, Niacin, Mn, C, Cu, dan Zn. Selain itu, keong mas juga mengandung berbagai jenis asam amino bahkan senyawa asam amino yang bersifat frekursor pembentuk ZPT indole acceic accit (AA). Kandungan hara POC keong mas mengandung nitrogen 0,22 %, fosfor 0,08%, dan kalium 2,534%.

Untuk melengkapi kandungan hara pada POC keong mas, Rispa membuat bokashi dari limbah kulit kakao. Hingga saat ini keberadaan dan fungsi limbah kulit kakao belum banyak diketahui dan digunakan oleh masyarakat sehingga dibiarkan membusuk dan mencemari lingkungan. Padahal sebenarnya limbah kulit kakao bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik. Bokashi kulit kakao mengandung beberapa unsur hara yaitu nitrogen 1,30%, C-Organik 33,71%, P2O5 0,186%, K2O 5,5%, CaO 0,23 %, dan MgO 0,59%.